Sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak terlepas dari perkembangan
islam, baik tingkat nasional maupun internasional. Dalam sejarah, kebangkitan
islam sudah dimulai jauh sebelum abad ke-19, seperti yang dilakukan di Syiria
oleh Taqiyuddin Abul Abbas ibnu Taimiyah (1263-1338) dan ibnul Qoyyim
al-jauziyah (1292-1350), di Hijaz oleh syehk Muhammad bin abdul wahhab
(1703-1787), di India oleh Sir Sayid Akhmad Khan (1817-1898) dan Muhammad Iqbal
(1874-1938), sedangkan di Negara-negara Timur Tengah oleh Jamaluddin al-Afghony
(1838-1897) dan Syeh Muhammad Rasyid Ridha (1856-1935), serta penggerak
pembaharuan Islam lain di berbagai belahan dunia.
Pada tahun (1849-1905), di Mesir gerakan pembaharuan ini dilakukan
oleh Muhammad Abduh, gerakan yang dilakukannya lebih menekankan pemikiran dan
penafsiran untuk kembali ke aqidah Islam secara murni. Sebagai tokoh modernis,
Abduh menganjurkan penggunaan pemikiran modern dalam mengkaji masalah agama,
sehingga nilai-nilai yang terkandung bisa actual. Menurutnya, dengan pendekatan
itu kebenaran Islam dapat diungkap sesuai dengan tuntutan zaman. Dasar pemikiran
inilah yang mendorong Abduh untuk menerapkan Ijtihad dalam memecahkan persoalan
agama. Menurut Abduh, Ijtihad boleh dilakukan dengan syarat hasilnya baik untuk
masanya atau masa sesudah Ijtihad dilakukan.
Pemikiran Abduh ini, akhrna diteruskan oleh muridnya yang bernama Syeh
Rsyid Ridha (1856-1935). Beliau kemudian menerbitkan tafsir Al-quran yang
dinamai Al-Manar yang tersebar luas mulai Maroko sampai ke Indonesia.
Sebelum Islam masuk Indonesia, telah ada kepercayaan Animisme dan
Dinamisme yang mengakar dan diperkuat oleh masuknya ajaran Hinda dan Budha.
Sedangkan agama Islam, baru masuk ke Indonesia mulai abad ke-7 Masehi atau Abad
pertama Hijriyah yang di bawa langsung dari Arab semasa Khalifah Umar ibn
khattab melalui saudagar dari Gujarat, Hadramaut, dan arab.
Agama Islam cepat tersebar ke negeri kita, karena beberrapa factor,
yaitu:
1.
Islam
adalah agama dakwah, yakni agama yang mengharuskan tiap-tiap umatnya
mendakwahkan agama, bukan kewajiban kyai, ulama, atau ustadz saja.
2.
Islam
masuk secara damai, tanpa pertumpahan darah.
3.
Penampilan
yang simpatik dari orang pembawa Islam, lebih membuat orang lain cepat
menerima.
4.
Kondisi
rakyat yang sejak lama menderita karena perbedaan kasta dalam ajaran Hindu dan
Budha, sedangkan Islam membawa kesetaraan derajat.
5.
Para
mubaligh mahir dan bijaksana dalam berdakwah, mereka berdakwak dengan ccara
hikmah (baik).
6.
Runtuhnya
kerajaan-kerajaan Hindu-Budha akibat ketidakmampuan mengendalikan Negara, dan
di susul masuknya Islam ke dalam istana.
7.
Islam
adalah agama yang sesuai dengan fitra manusia.
Namun karena pengaruh kuatnya ajaran Hindu-budha yang telah
mengakar pada tubuh nenek moyang, maka umat Islam tidak utuh dalam mempelajari
ajaran Islam. Masih banyak sinkretisme (pencacmpuran) antara Hindu-Budha dan
ajaran Islam, akibatnya muncul tahayul, bid’ah, khurafat dan sebagian sampai
sekarang masih marak dalam masyarakat.
Melihat dari kondisi tersebut, pemikiran Muhammad Abduh, mulai diterima
oleh tokoh agama Islam di Indonesia. K. H. Ahmad Dahlan bersama dengan beberapa
teman yang berjiwa pembaharu menerapkan pemikiran Muhammad Abduh secara intens,
agar umat Islam di negeri ini kembali pada ajaran Al-quran dan As-sunah
(Al-Hadits).
Setelah melakukan kajian dan perenungan secara mendalam atas
ayat-ayat Al-Quran dan Hadist, maka K. H. Ahmad Dahlan mendirikan gerakan
Muhammadiyah yang berkedudukan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H
(18 Nocvember 1912). Muhammadiyah pada waktu itu langsung berada di bawah
kendali K. H. Ahmad Dahlan. Gerakan Islam ini, melaksanakan ajaran Islam
secacra murni yang bersumber dar Al-Quran dan Al-Hadits.
Gerakan ini mendapat pada awalnya mendapat dukungan dari Abdullah
sirat, H. Ahmad, H. Abdurrahman, R. H. Sarkawi, R. H. Jaelani, H. Muhammad, H.
anies, H. M. pakih serta beberapa tokoh Islam lainnya. Dari kelompok kecil
inilah, pemikiran pembaharu Islam berkembang pesat dan besar sampai sekarang.
Gerakan Muhammadiyah dilakukan melalui kegiatan keagamaan dan social,
di antaranya pendidikan, kesehatan, santunan social, dan sebagainya. Pada periode
ini, gerakan pembaharuan di lakukan melalui pendekatan rasional dan
mengedepankan kemurnian ajaran Islam. ( di ambil dari materi pendidikan KEMUHAMMADIYAHAN
untuk SMA/SMK/MA kelas 11 dengan sedikit perubahan).